8 CARA INVESTASI SAHAM JANGKA PANJANG



#1 Value Investing

Cara pertama yaitu Value Investing. Value Investing sendiri adalah cara berinvestasi yang membeli saham berdasarkan perhitungan nilai wajar (intrinsik) sebuah saham dibandingkan dengan harga saham yang diperdagangkan di pasar. Bila harga saham jauh lebih rendah dibandingkan nilai intrinsiknya, maka seorang Value Investor akan membeli saham tersebut. Cara ini bisa diibaratkan dengan membeli pakaian musim dingin yang sedang diobral pada saat musim panas.
Ada beberapa kriteria saham yang layak dikoleksi dalam kriteria Value Investing:
  • Saham yang termasuk 10% memiliki rasio PER terkecil
  • Rasio utangnya (DER) lebih kecil dari 1
  • Rasio Dividend Yield (tidak wajib) minimal 5%
  • Pertumbuhan labanya minimal 7% dalam 10 tahun terakhir.
  • Jumlah aset lancar minimal 2 kali lebih banyak dari hutang lancar
  • Harga saham lebih rendah dari 2/3 harga wajarnya
Contoh seorang value investor adalah Warren Buffet. Warren Buffet adalah seorang value investor yang selalu mencari saham yang murah. Kunci keberhasilan jurusnya terletak pada kesabarannya dalam mencari saham perusahaan bagus dan menunggu waktu yang tepat untuk membelinya. Dari sudut pandang Warren Buffet, walau kita harus berusaha membeli saham dengan harga yang bagus (Undervalued), yang lebih penting aalah memperoleh perusahaan yang luar biasa. Warren Buffet pun pernah mengungkapkan:
“Jauh lebih baik untuk membeli sebuah perusahaan yang luar biasa dengan harga yang biasa, daripada membeli sebuah perusahaan yang biasa saja dengan harga yang luar biasa.”

#2 Growth Investing

Cara kedua ini dinamakan Growth Investing. Growth Investing merupakan strategi berinvestasi pada saham yang memiliki pertumbuhan laba yang cepat. Seorang growth investor adalah investor yang membeli saham-saham yang memiliki prospek pertumbuhan laba yang bagus. Bila sebuah perusahaan dapat secara konsisten mencatat pertumbuhan laba, maka seorang Growth Investor akan membeli saham perusahaan tersebut.
Perusahaan yang diinvestasikan haruslah memiliki kriteria:
  • Memiliki pertumbuhan laba bersih yang cepat.
  • Memiliki pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dari para pesaingnya.
  • Secara histories pernah mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu lima
Untuk menilai apakah sebuah perusahaam memiliki pertumbuhan laba bersih yang cepat, pada periode minimal 5 tahun terakhir, pertumbuhan laba tahunan perusahaan haruslah:
  • Minimal 12% untuk perusahaan kecil.
  • Minimal 7% untuk perusahaan menengah.
  • Minimal 5% untuk perusahaan besar.
#3 G.A.R.P. Investing

Cara yang ketiga adalah G.A.R.P Investing atau kepanjangannya adalah Growth At Reasonable Price Investing. Cara ini merupakan gabungan dari strategi value investing dan growth investing.
Pelopor dari cara ini adalah seorang manajer investasi terkenal bernama Peter Lynch. Idenya adalah mencari saham yang pertumbuhannya cepat, tetapi dengan harga yang murah. Kriteria pencarian sahamnya adalah dengan cara menghitung rasio Price Earnings Growth atau PEG-nya.
Rumus PEG sendiri didapat dari rasio PER dibagi dengan persentasi pertumbuhan laba bersihnya. Saham yang dicari adalah yang memiliki rasio PEG kurang dari 1. Berikut cara rumus untuk menghitung rasio PEG:
PEG = PER / EPS Growth Percentage
Misalnya, sebuah saham memiliki rasio PER sebesar 5x, dan pertumbuhan laba bersihnya selama 5 tahun terakhir adalah 10%, maka perhitungan rasio PEG-nya adalah 5 / 10 = 0,5x. semakin kecil rasio PEG adalah semakin bagus, karena saham tersebut memiliki PER relatif rendah dibandingkan pertumbuhan laba bersihnya.

 #4 Income Investing

Cara yang keempat adalah Income Investing. Secara sederhana biasanya dalam strategi income investing mengharapkan hasil keuntungan yang lebih bersifat keuntungan cashflow daripada keuntungan capital gain. Cara investasi saham yang ini cocok untuk dipakai oleh investor yang membutuhkan uang secara berkala, misalnya pensiunan yang hidup dari uang pembagian dividen. kriteria saham yang layak dibeli untuk income investing adalah:
  • Rajin membagi dividen dalam waktu 5 hingga 25 tahun terakhir.
  • Dividend Yield minimal sebesar 3%.
#5 Random Walk Investing

Teori Random Walk Investing adalah sebuah teori keuangan yang menyatakan bahwa harga pasar saham berevolusi secara acak dan tidak dapat diprediksi. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa pergerakan saham di pasar modal selalu efisien.
Dalam cara ini, investor menganggap bahwa harga saham bergerak bila ada informasi baru tentang perubahan fundamental sebuah perusahaan. Karena informasi datang secara acak, maka harga saham pun juga akan bergerak secara acak, karena itu adalah sia-sia untuk meramal atau memprediksi pergerakan harga saham.
Jika ada saham yang harganya terlalu murah (underpriced), makainvestor akan segera memborong saham tersebut sehingga harganya naik, sementara jika ada saham yang harganya terlalu mahal (overpriced), maka investor akan segera menjual saham tersebut sehingga harganya akan turun (terkoreksi). Hal tersebut diasumsikan bahwa para investor di pasar modal cukup rasional dan informasi tersebar dengan cepat, sehingga investor sebaiknya memilih saham menurut besar, kecilnya risiko yang berani ditanggungnya.

#6 Rip Van Winkle Investing

Strategi Rip Van Winkle Investing juga disebut sebagai strategi Buy and Hold. Rip Van Winkle adalah sebuah tokoh dalam novel karya Washington Irving pada tahun 1819. Tokoh ini suka sekali tidur. Suatu hari ia tidur di bawah pohon dan baru bangn 20 tahun setelahnya. Setelah tidak berhubungan dengan dunia luar selama 20 tahun itulah, setelah bangun barulah ia menyadari segala sesuatu telah berubah, istrinya yang galak dan para sahabatnya pun telah meninggal.
Strategi Rip Van Winke Investing ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal efisien, karena tidak ada saham yang salah harga, maka investor bisa memilih saham sesuai dengan tingkatan risikonya dan disimpan dalam jangka waktu tertentu. Saham ini akan naik harganya dalam jangka waktu yang lama, meskipun dalam jangka pendek harganya bisa berfluktuasi naik dan turun.
Harga saham di bursa saham bisa diibaratkan seperti pergerakan yoyo yang dibawa seseorang naik tangga. Dalam jangka panjang, naik turunnya yoyo tidak ada kaitannya sebab kakinya selalu melangkah menaiki tangga, sehingga kunci pergerakan harga bukan pada yoyonya, tapi pada langkah kaki.
Misalnya, andai Anda membeli semua saham di Bursa Efek Indonesia di awal tahun 1990, pada saat itu IHSG berada di level 400, lalu Anda tutup mata dari pergerakan IHSG. Melewati tahun 1997: suhu politik memanas, tahun 1998: terjadi krisis moneter, dan tahun 2008: terjadi krisis keuangan global, dan Anda buka kembali hasil investasi Anda di tahun 2010, ternyata IHSG sudah berada di level 3000, dan bahkan sampai 2017, IHSG telah menyentuh angka 5700. Secara rata-rata, investasi di bursa saham Indonesia memang memberikan keuntungan 15% per tahunnya, lumayan kan?
Rip Van Winkle Investing ini merupakan cara berinvestasi yang damai. Ada 4 langkah yang dapat Anda lakukan untuk mempraktekkan cara investasi saham ala Rip Van Winkle. Keempat langkah tersebut antara lain:
  1. Tentukan periode investasi. Sesuaikan periode tidur Anda dengan tujuan keuangan Anda, misalnya Anda butuh menyekolahkan anak 5 tahun lagi, berarti Anda bisa tidur selama 5 tahun, tidak menyentuh berita ataupun grafik saham.
  2. Pilih saham perusahaan yang kompetitif. Pilihlah perusahaan yang memiliki fundamental yang kuat dan merupakan pemimpin pasar di sektornya, dan setidaknya produknya masih dibutuhkan hingga 20 tahun mendatang. Selain itu carilah yang rutin membagikan dividen, menerapkan good corporate governance, dan dapat menyesuaikan dengan perubahan ekonomi.
  3. Lakukan Diversifikasi. Karena Anda tidak akan pernah tahu mana saham yang akan melejit, dan mana yang akan memudar, investasikan sebagian free cashflow pada 10 hingga 20 saham pilihan, sisanya investasikan pada obligasi pemerintah untuk berjaga-jaga nantinya Anda “bangun” di waktu yang salah.
  4. Tetaplah tidur. Ini adalah langkah terakhir dan yang paling sulit, yaitu tetaplah tidur sesuai jadwal tanpa terpengaruh hiruk pikuk pasar modal.
 #7 Dollar Cost Averaging

Strategi Dollar Cost Averaging ini juga disebut diversifikasi melalui waktu. Strategi ini adalah strategi investasi secara rutin setiap periodenya (contoh setiap bulan) dalam jumlah rupiah yang sama tanpa mempedulikan atau memperhatikan harga sahamnya. Dengan strategi ini investor dipaksa menanamkan uang dengan jumlah yang sama secara teratur.
Keuntungan strategi ini adalah investor bisa membeli saham lebih sedikit saat harga naik, dan bisa membeli lebih banyak saat harga turun. Mari kita simulasikan cara investasi saham Dollar Cost Averaging, contoh: Pak Ronald membeli saham ABCD dengan menganggarkan Rp1 juta tiap bulannya.
  • Bulan 1: harga 320, pak Ronald mendapatkan 3125 lembar
  • Bulan 2: harga 500, pak Ronald mendapatkan 2000 lembar
  • Bulan 3: harga 440, pak Ronald mendapatkan 2272 lembar
Total lembar saham yang dimiliki pak Ronald sebanyak 7397 lembar, dengan total modal Rp3 juta untuk 3 bulan. Karena itu harga rata-rata pembelian pak Ronald adalah sebesar:
Rp3.000.000 : 7397 lbr = Rp405,5 per lembar
Coba dibandingkan dengan bila pak Ronald membeli di harga berbeda dengan jumlah lembar yang sama, yaitu misalnya sejumlah 2400 per lembar:
  • Bulan 1: harga 320, pak Ronald mengeluarkan sejumlah Rp768.000
  • Bulan 2: harga 500, pak Ronald mengeluarkan sejumlah Rp1.200.000
  • Bulan 3: harga 440, pak Ronald mengeluarkan sejumlah Rp1.056.000
Untuk membeli jumlah lembar yang kurang lebih sama, pak Ronald mengeluarkan modal sebesar: Rp768.000 + Rp1.200.000 + Rp1.056.000 yaitu total sebesar Rp3.024.000. Harga rata-rata pembelian pak Ronald pun menjadi sebesar:
Rp3.024.000 : 7200 lbr = Rp420 per lembar
Dari simulasi di atas jelas bahwa dengan menggunakan Dollar Cost Averaging lebih menguntungkan. Strategi ini seperti diversifikasi melalui waktu, sehingga investor pun dapat terhindar dari penyesalan membeli banyak saham di harga yang tinggi.

#8 Diversification Among Stocks
Diversification Among Stocks adalah salah satu cara yang penting digunakan untuk mengurangi risiko investasi tanpa harus mengorbankan terlalu banyak peluang, caranya adalah dengan memnyebarkan portofolio investasi kita di berbagai saham. Cara ini juga disebut dengan istilah “Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang.”
 Anda dapat membeli sekitar 10 hingga 20 saham yang berada di industri yang berbeda, karena semakin rendah hubungan di antara saham-saham dalam portofolio Anda, semakin besar juga efek pengurangan risikonya. Namun perlu diingat, jangan pula membeli jenis saham terlalu banyak (over diversified) karena dalam membuat Anda tidak fokus dengan investasi Anda.
Diversifikasi juga perlu dilakukan secara konsisten, seringkali investor baru melakukan diversifikasi saat pasar berada dalam trend turun/bearish sementara pada saat pasar bullish malah tergoda untuk meletakkan uang di saham yang sedang ramai saja untuk memaksimalkan keuntungan. Mengutip kata-kata dari Prof. Harry Markowitz, sebaiknya diversifikasi tetaplah dilakukan karena tidak seorang pun bisa memprediksi apakah akan terjadi trend naik atau trend turun di pasar.

Berbagai Cara Investasi Saham
Itulah 8 cara investasi saham yang dapat Anda praktekkan. Sebagai rangkuman, inilah 8 cara atau strategi yang dapat Anda gunakan dalam melakukan investasi saham jangka panjang:
  1. Value Investing
  2. Growth Investing
  3. G.A.R.P. Investing
  4. Income Investing
  5. Random Walk Investing
  6. Rip Van Winkle Investing
  7. Dollar Cost Averaging
  8. Diversifikasi Saham
                                                                                                                  sumber  : Fanancialku.com

Comments

Popular Posts