LANGKAH PERTAMA YANG DILAKUKAN SETELAH MEMBELI SAHAM
Langkah pertama main saham adalah membeli saham.
Langkah berikut setelah membeli saham tergantung apa
yang terjadi pada saham yang anda beli. Yang mungkin terjadi ada tiga:
1.
Setelah anda beli, saham naik.
2.
Setelah anda beli, saham turun.
3.
Setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak
turun.
1. Setelah beli, saham naik
Memang tidak ada yang tahu apakah saham anda akan
terus naik atau berbalik arah turun. Oleh karena itu saya sarankan anda tidak
menjual semua saham tersebut, tapi hanya SEBAGIAN.
Sebagian ini bisa sepertiga, seperempat, seperlima, bahkan sepersepuluh; anda bisa bereksperimen sendiri. Tapi jangan jual terlalu sedikit, dan jangan juga jual terlalu banyak. Supaya mudah, juallah SETENGAH dari jumlah saham anda.
Dengan menjual setengah dari jumlah saham, anda sudah merealisasi keuntungan. Kalau saham masih terus naik, anda masih punya setengah. Kalau saham turun ke harga beli dan anda cut-loss, anda sudah mendapat laba, tidak hanya impas.
2. Setelah beli, saham turun
Tetapi sebagai pemula yang baru main saham di bawah 2 tahun, pengetahuan anda tentang kondisi pasar, fundamental dan juga teknikal saham relatif masih minim. (Maaf, jangan tersinggung.) Jadi untuk sederhananya, kalau saham masih juga turun setelah anda membeli untuk kedua kali, saran saya adalah: cut-loss.
Titik Cut-Loss
Di sini saya menyimpang sedikit untuk membicarakan
tentang cut-loss. Saya selalu menekankan pentingnya cut-loss. Tapi yang tidak
kalah pentingnya adalah menentukan titik cut-loss yang sesuai kondisi.
Cara cut-loss yang paling mudah diterapkan oleh pemula
adalah metode persentase: kalau saham turun sekian persen, anda cut-loss. Tapi
metode persentase ini ada kelemahannya terutama pada saham yang volatilitasnya
tinggi.
Kalau anda menetapkan untuk cut-loss kalau saham turun
5% tapi saham yang anda beli seringkali naik-turun hingga 20%, hampir pasti
anda akan cut-loss setelah membeli saham tersebut. Inilah sebabnya mengapa
dalam menentukan titik cut-loss, pemain saham sebaiknya mempertimbangkan
volatilitas saham.
Karena mempertimbangkan volatilitas cukup sulit untuk
pemula dan karena saham yang bervolatilitas tinggi biasanya adalah saham
“gorengan,” inilah sebab utama mengapa saya memperingatkan pemula untuk
menghindari saham-saham jenis ini. Intinya: hindari saham berfluktuasi tinggi
jika anda belum mempertimbangkan volatilitas ketika menentukan titik cut-loss.
3. Setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak turun
Saham tidak-naik-tidak-turun yang saya maksud adalah saham yang tidak naik sampai ke harga di mana anda akan mulai menjual dan juga tidak turun sampai ke harga di mana anda harus cut-loss.
Sebaiknya jual.
Ketika bermain saham, kita tidak perlu terpaku hanya
pada satu saham. Tapi disarankan agar pemula jangan punya terlalu banyak macam
saham dalam portofolio. Fokus pada 5 saham berbeda. Jangan punya lebih dari 10.
Kalau anda menuruti saran ini dan fokus hanya pada 5
saham, tetapi semua saham ini tidak-naik tidak-turun dalam jangka waktu yang
lama, sedangkan banyak saham lain (yang tentu saja tidak anda miliki) naik
pesat, bagaimana perasaan anda?
Anda tentu sangat kecewa. Tetapi semua modal anda
sudah ditanamkan pada 5 saham yang tidak-naik-tidak-turun ini. Kalau anda tidak
menjual, anda tidak punya modal untuk beli saham lain. Kalau anda tidak
menjual, anda kehilangan kesempatan untuk meraup untung dari saham lain. Opportunity
lost.
Ini adalah alasan pertama untuk menjual saham yang
tidak-naik-tidak-turun.
Mari kita lihat skenario kebalikannya: kalau semua
saham anda tidak-naik tidak-turun, tetapi semua saham lain malah anjlok tajam,
bagaimana perasaan anda?
Anda tentu senang. Tetapi, kesenangan anda ini tidak
akan berlangsung lama.
Mengapa?
Karena ada dua kemungkinan yang bisa terjadi:
1. Saham anda yang tidak-naik-tidak-turun, karena
setia-kawan dengan saham-saham lain, akhirnya akan ikut anjlok mencapai harga
cut-loss anda.
Ini adalah alasan kedua untuk menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun.
Ini adalah alasan kedua untuk menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun.
2. Saham anda tetap tidak-naik tidak-turun, tetapi
saham-saham lain yang sudah anjlok parah akhirnya naik lagi. Kalau anda membeli
saham ini setelah mereka anjlok, anda bisa untung besar. Tapi sayangnya anda
tidak punya uang untuk membeli karena semua modal anda terpasung di saham yang
tidak-naik-tidak-turun.
Ini adalah alasan ketiga untuk menjual saham yang
tidak-naik-tidak-turun.
Comments
Post a Comment