TRADISI MENYAMBUT HARI HARI RAYA IDUL ADHA DI INDONESIA
Tradisi di Aceh
Negeri Serambi Mekah itu mempunya kebiasaan menjelang Lebarang dengan nama Meugang. Tradisi itu berupa memasak daging yang kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan bersama-sema keluarga. Meugang juga bisa dilakukan secara berkelompok dengan menyembelih sapi atau kambing.
Negeri Serambi Mekah itu mempunya kebiasaan menjelang Lebarang dengan nama Meugang. Tradisi itu berupa memasak daging yang kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan bersama-sema keluarga. Meugang juga bisa dilakukan secara berkelompok dengan menyembelih sapi atau kambing.
Biasanya, dalam suatu perkampungan, semua warga berkumpul di masjid
untuk memasak,dan memakannya bersama. Tradisi itu dilakukan di
masjid-masjid di kota kecil maupun kota besar. Selain Lebaran, Meugang
juga diadakan pada Ramadan dan Idul Adha atau hari raya kurban.
Tradisi di Pontianak
Menyambut Lebaran, warga Pontianak mengadakan festival meriam karbit. Ini dilakukan saat malam takbiran. Ratusan meriam yang disediakan untuk disulut bersama di Sungai kapuas. Di antara meriam karbit itu terbuat dari bambu berbagai ukuran.
Menyambut Lebaran, warga Pontianak mengadakan festival meriam karbit. Ini dilakukan saat malam takbiran. Ratusan meriam yang disediakan untuk disulut bersama di Sungai kapuas. Di antara meriam karbit itu terbuat dari bambu berbagai ukuran.
Festival meriam karbit digelar untuk mengenang pendiri Kota
Pontianak, Sultan Syarif Abdurahman Alkadri, yang punya kebiasaan
mengusir kultilanak dengan meriam. Sekarang, Pemerintah Kota Pontianak
mengemas festival itu dari Pelabuhan Sangie Pontianak menuju kawasan
pinggiran Gang Garuda di Jalan Imam Bonjol, lokasi diadakannya
penyulutan meriam.
Tradisi di Bengkulu
Api dipercaya menghubungkan manusia dengan leluhur. Inilah yang dipercaya warga Bengkulu, hingga melahirkan tradisi Ronjok Sayak atau Bakar Gunung Api. Konon, Ronjok Sayak sudah dilakukan Suku Serawai sejak ratusan tahun lalu.
Tradisi itu dilakukan pada malam takbiran di depan rumah setiap warga. Ronjok Sayak menggunakan media batok kelapa yang disusun seperti tusuk sate hingga menjulang. Pembakaran batok itu dilakukan warga kampung secara serentak, usai melaksanakan salat isya.
Api dipercaya menghubungkan manusia dengan leluhur. Inilah yang dipercaya warga Bengkulu, hingga melahirkan tradisi Ronjok Sayak atau Bakar Gunung Api. Konon, Ronjok Sayak sudah dilakukan Suku Serawai sejak ratusan tahun lalu.
Tradisi itu dilakukan pada malam takbiran di depan rumah setiap warga. Ronjok Sayak menggunakan media batok kelapa yang disusun seperti tusuk sate hingga menjulang. Pembakaran batok itu dilakukan warga kampung secara serentak, usai melaksanakan salat isya.
Tradisi di Maluku Tengah
Setiap hari ketujuh Lebaran, warga Desa Morella dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, selalu berkumpul di halaman Masjid Besar. Mereka hendak menyaksikan tradisi Pukul Sapu, yang dilakukan perwakilan kelompok pria dari masing-masing desa. Meski dilakukan bersama, tradisi itu memiliki makna berbeda di antara kedua warga desa itu.
Setiap hari ketujuh Lebaran, warga Desa Morella dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, selalu berkumpul di halaman Masjid Besar. Mereka hendak menyaksikan tradisi Pukul Sapu, yang dilakukan perwakilan kelompok pria dari masing-masing desa. Meski dilakukan bersama, tradisi itu memiliki makna berbeda di antara kedua warga desa itu.
sumber :Tempo.co
Comments
Post a Comment