DIED ALA TINA TOON
Penyanyi cilik Tina Toon yang terkenal dengan lagu Bolo-bolo kini tak
lagi kecil. Ia telah tumbuh dewasa. Tubuh Tina pun tak segempal dulu.
Meski pernah menyentuh bobot 78 kilogram kala tinggi tubuhnya 140
sentimeter, ia telah bertransformasi menjadi perempuan berbadan seksi.
Apa yang dilakukannya?
1. Tidak tergoda makan di mal
Sejak lahir, bobot tubuh Tina memang besar, yakni sekitar 3,9 kilogram. Anak tunggal ini pun tumbuh dalam keluarga berbadan besar. “Dan yang memicu berat badan saya terus naik adalah kebiasaan makan di mal,” ujar Tina.
Sejak kecil, Tina memang doyan jajan di mal. Bahkan bersama sang nenek, ia selalu menyambangi pusat perbelanjaan tiga kali dalam sehari. Dan semua itu hanya untuk menemani Tina makan.
Tapi sejak memutuskan diet, Tina menghindari kegiatan makan di mal. Bahkan ia menolak ajakan neneknya untuk makan-makan di restoran. “Oma sempet aneh dengan kelakuan saya. Tapi karena absen makan di mal, berat badan saya turun 17 kilogram, menjadi 60 kilogram,” ujarnya. "Sekarang kalau ke mal, saya alihkan pikiran dari makanan dengan belanja baju."
2. Mengatur pola makan
Demi tubuh ideal, Tina tidak hanya berhenti makan di mal atau restoran. Ia pun mulai mengatur pola makan. Bahkan tak lagi bersantap kala malam. Padahal sebelum diet, Tina gemar melahap jajanan dari penjual gerobak dorong yang lewat di depan rumah. Ia bahkan selalu memanggil semua tukang jualan makanan yang melintas. Sate, lele, martabak, nasi goreng, semua ia beli.
“Saat diet, saya menutup kuping kalau mereka lewat. Biar nggak tergoda,” katanya seraya tertawa.
3. Menghitung kalori makanan
Tina tidak hanya memilah jenis menu yang masuk ke perutnya. Da juga mempelajari cara menghitung kalori dalam penganannya. Jika menyantap makanan yang mengandung 500 kalori, ia pun akan berolahraga untuk mengurangi jumlah kalori itu.
“Jumlah kalori yang masuk ke tubuh dapat dilihat dari angka pada kemasan makanan,” kata dia. “Kalau pengurangan jumlah kalori bisa terlihat di timbangan atau treadmill yang ada perhitungan kalorinya.”
4. Olahraga
Bentuk badan Tina sejak kecil memang gempal. Tapi tak berarti ia anti-olahraga. Bahkan Tina jago untuk urusan lari dan berenang. Dalam sepekan, ia bisa berenang hingga tiga kali. Sementara lari menggunakan treadmill sekitar empat-lima kali seminggu. Menurut Tina, renang bisa membuang seribu kalori tubuh, sedangkan lari di treadmill mengurangi 400-500 kalori.
“Sekali berenang, saya bisa bolak-balik 50 kali di kolam renang ukuran sepuluh meter,” kata Tina. “Malah pernah seratus kali bolak-balik.”
5. Niat
Untuk orang yang doyan makan seperti Tina, diet sangatlah menyakitkan. Sebab mereka harus menghindari hal yang paling disukai. Bahkan di awal diet, Tina kerap megendap-endap ke dapur untuk menyantap kue. Meski kerap kepergok dan diomeli si oma, Tina tidak surut berusaha mendapatkan roti guna menghilangkan keroncongan perutnya.
“Sampai-sampai Oma dan Mami bosen melarang, badan saya pun gemuk lagi,” cerita Tina. “Sampai satu titik saya niat dan mengubah pola pikir soal diet. Akhirnya bisa kurus seperti sekarang.”
6. Jangan salah diet
Tiap orang memiliki persepsi dan cara berbeda untuk menjalankan diet. Beberapa memilih cara sehat dengan mengkombinasikan menu makanan dan olahraga. Namun ada pula mengambil jalan pintas, seperti merogoh tenggorokan hingga muntah. Mereka yang melakukannya disebut sebagai penderita bulimia nervosa. Dan Tina pernah mengidap bulimia selama 1,5 tahun.
Sepanjang itu, tidak ada anggota keluarga Tina yang tahu. Dan ia tidak hanya memaksakan diri memuntahkan segala penganan yang sudah masuk perut. Juga berolahraga secara berlebihan, hingga berjam-jam dalam sehari. “Akhirnya Oma memergoki dan menginterograsi saya,” ujar Tina. “Dengan proses yang cukup lama, saya sembuh dari penyakit itu.”
7. Dukungan keluarga
Bagi penderita obesitas, menurunkan berat badan sangatlah menantang. Selain harus mencari cara diet yang sesuai dengan tubuh, tak jarang mereka berhadapan dengan angka timbangan yang tidak kunjung bergerak ke arah kiri. Kalau sudah begitu, Tina melanjutkan, rasanya stres. Bahkan ia sempat membanting dua alat timbangan.
Untuk itu, dukungan keluarga mesti kuat. Sehingga mereka yang menjalani diet tak mudah menyerah. “Dukungan keluarga juga penting agar orang gemuk, terutama remaja, tidak salah jalan seperti saya dulu,” ujar Tina
Apa yang dilakukannya?
1. Tidak tergoda makan di mal
Sejak lahir, bobot tubuh Tina memang besar, yakni sekitar 3,9 kilogram. Anak tunggal ini pun tumbuh dalam keluarga berbadan besar. “Dan yang memicu berat badan saya terus naik adalah kebiasaan makan di mal,” ujar Tina.
Sejak kecil, Tina memang doyan jajan di mal. Bahkan bersama sang nenek, ia selalu menyambangi pusat perbelanjaan tiga kali dalam sehari. Dan semua itu hanya untuk menemani Tina makan.
Tapi sejak memutuskan diet, Tina menghindari kegiatan makan di mal. Bahkan ia menolak ajakan neneknya untuk makan-makan di restoran. “Oma sempet aneh dengan kelakuan saya. Tapi karena absen makan di mal, berat badan saya turun 17 kilogram, menjadi 60 kilogram,” ujarnya. "Sekarang kalau ke mal, saya alihkan pikiran dari makanan dengan belanja baju."
2. Mengatur pola makan
Demi tubuh ideal, Tina tidak hanya berhenti makan di mal atau restoran. Ia pun mulai mengatur pola makan. Bahkan tak lagi bersantap kala malam. Padahal sebelum diet, Tina gemar melahap jajanan dari penjual gerobak dorong yang lewat di depan rumah. Ia bahkan selalu memanggil semua tukang jualan makanan yang melintas. Sate, lele, martabak, nasi goreng, semua ia beli.
“Saat diet, saya menutup kuping kalau mereka lewat. Biar nggak tergoda,” katanya seraya tertawa.
3. Menghitung kalori makanan
Tina tidak hanya memilah jenis menu yang masuk ke perutnya. Da juga mempelajari cara menghitung kalori dalam penganannya. Jika menyantap makanan yang mengandung 500 kalori, ia pun akan berolahraga untuk mengurangi jumlah kalori itu.
“Jumlah kalori yang masuk ke tubuh dapat dilihat dari angka pada kemasan makanan,” kata dia. “Kalau pengurangan jumlah kalori bisa terlihat di timbangan atau treadmill yang ada perhitungan kalorinya.”
4. Olahraga
Bentuk badan Tina sejak kecil memang gempal. Tapi tak berarti ia anti-olahraga. Bahkan Tina jago untuk urusan lari dan berenang. Dalam sepekan, ia bisa berenang hingga tiga kali. Sementara lari menggunakan treadmill sekitar empat-lima kali seminggu. Menurut Tina, renang bisa membuang seribu kalori tubuh, sedangkan lari di treadmill mengurangi 400-500 kalori.
“Sekali berenang, saya bisa bolak-balik 50 kali di kolam renang ukuran sepuluh meter,” kata Tina. “Malah pernah seratus kali bolak-balik.”
5. Niat
Untuk orang yang doyan makan seperti Tina, diet sangatlah menyakitkan. Sebab mereka harus menghindari hal yang paling disukai. Bahkan di awal diet, Tina kerap megendap-endap ke dapur untuk menyantap kue. Meski kerap kepergok dan diomeli si oma, Tina tidak surut berusaha mendapatkan roti guna menghilangkan keroncongan perutnya.
“Sampai-sampai Oma dan Mami bosen melarang, badan saya pun gemuk lagi,” cerita Tina. “Sampai satu titik saya niat dan mengubah pola pikir soal diet. Akhirnya bisa kurus seperti sekarang.”
6. Jangan salah diet
Tiap orang memiliki persepsi dan cara berbeda untuk menjalankan diet. Beberapa memilih cara sehat dengan mengkombinasikan menu makanan dan olahraga. Namun ada pula mengambil jalan pintas, seperti merogoh tenggorokan hingga muntah. Mereka yang melakukannya disebut sebagai penderita bulimia nervosa. Dan Tina pernah mengidap bulimia selama 1,5 tahun.
Sepanjang itu, tidak ada anggota keluarga Tina yang tahu. Dan ia tidak hanya memaksakan diri memuntahkan segala penganan yang sudah masuk perut. Juga berolahraga secara berlebihan, hingga berjam-jam dalam sehari. “Akhirnya Oma memergoki dan menginterograsi saya,” ujar Tina. “Dengan proses yang cukup lama, saya sembuh dari penyakit itu.”
7. Dukungan keluarga
Bagi penderita obesitas, menurunkan berat badan sangatlah menantang. Selain harus mencari cara diet yang sesuai dengan tubuh, tak jarang mereka berhadapan dengan angka timbangan yang tidak kunjung bergerak ke arah kiri. Kalau sudah begitu, Tina melanjutkan, rasanya stres. Bahkan ia sempat membanting dua alat timbangan.
Untuk itu, dukungan keluarga mesti kuat. Sehingga mereka yang menjalani diet tak mudah menyerah. “Dukungan keluarga juga penting agar orang gemuk, terutama remaja, tidak salah jalan seperti saya dulu,” ujar Tina
Comments
Post a Comment